Sabtu, 21 Juni 2014

MANUAL PLASENTA

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.



Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.

Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.

B.Etiologi

Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.

- Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.

Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :

- Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:

a) Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta

b) Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium

c) Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/memasuki miometrium

d) Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

e) Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

- Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi :
perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
Darah penderita terlalu banyak hilang
Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

C. Patofisiologi

Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :
Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc dan teriadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.
Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.

- Tanda dan Gejala Manual Plasenta

Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
Pada pemeriksaan pervagina, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.

Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.
Placenta tidak segera lahir > 30 menit.

D. Teknik Manual Plasenta

Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu dapat mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan sehingga berkontraksi baik, dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus dan ibu jari didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut dengan maksud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya keluar. Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan secara kasar Makalah Manual Plasenta.

Makalah Manual Plasenta Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.

Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.

Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus

Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan.

 Mengeluarkan plasenta

Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.
Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu.

Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.
Komplikasi


Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus.

PROSEDUR KLINIK MANUAL PLASENTA

Persetujuan Tindakan Medik

Informed consent merupakan perstujuan dari pasien dan keluarga terhadap tindakan medic yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh dokter/bidan. Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan.

Persiapan Sebelum Tindakan

Pasien

Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan.
Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
Siapkan kain alas bokong, sarrung kaki dan penutup perut bawah
Medikamentosa
Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT, Tramadol 1-2 mg/kg BB)
Sedative (Diazepam 10 mg)
Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml
Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
Cairan NaCl 0,9% dan RL
Infuse Set
Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
Oksigen dengan regulator
Penolong
Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang

Instrument

1) Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
2) Mangkok tempat plasenta : 1
3) Kateter karet dan urine bag : 1
4) Benang kromk 2/0 : 1 rol
5) Partus set

Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri

Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse.

Lakukan kateterisasi kandung kemih.

Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.

Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.

Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.

Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.

Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.

Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.

Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk).
Melepas Plasenta dari Dindig Uterus

Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah

Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas.

Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam uterus.

Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.

Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyuliit.

Mengeluarkan Plasenta

Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.

Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan.

Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).

Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.

Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir.

v Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar

Dekontaminasi Pasca Tindakan

Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic

Cuci Tangan Pascatindakan

Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi.

PENUTUP

Kesimpulan
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.

Jumat, 20 Juni 2014

FILARIASIS

Indonesia saat ini masih menghadapi permasalahan pengendalian penyakit menular dan munculnya re-emerging disease disamping menghadapi emerging infection deseases dannew emerging infection deseases, serta adanya kecenderungan meningkatnya penyakit tidak menular (degeneratif) yang disebabkan karena life style. Hal ini menunjukkan terjadinya transisi epidemiologi penyakit, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden).

Filariasis atau elephantiasis atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan karena infeksi cacing filaria.


Patogenesis


Penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing dari kelompok nematoda, yaitu Wucheraria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Ketiga jenis cacing tersebut menyebabkan penyakit kaki gajah dengan cara penularan dan gejala klinis, serta pengobatan yang sama. Cacing betina akan menghasilkan (melahirkan) larva, disebut mikrofilaria, yang akan bermigrasi kedalam sistem peredaran darah. Penyakit kaki gajah terutama disebabkan karena adanya cacing dewasa yang hidup di saluran getah bening. Cacing tersebut akan merusak saluran getah bening yang mengakibatkan cairan getah bening tidak dapat tersalurkan dengan baik sehingga menyebabkan pembengkakan pada tungkai dan lengan. Cacing dewasa mampu bertahan hidup selama 5 – 7 tahun di dalam kelenjar getah bening.

Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara.

Epidemiologi

Saat ini di Indonesia prevalensi mikrofilaria rate rata-rata 19% ini berarti 40 juta penduduk bisa menderita filariasis di masa mendatang apabila tidak dilaksanakan Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis dan kegiatan-kegiatan yang terencana menuju eliminasi filariasis di Indonesia tahun 2020 (Kemenkes, 2010)

Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten/kota. Hasil laporan kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/kota yang ditindaklanjuti dengan survey endemisitas filariasis, sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/kota endemis dan 135 kabupaten/kota non endemis.
Prevalensi rata-rata mikrofilaria secara nasional di Indonesia berdasarkan hasil survei darah jari (SDJ) 19,78 %. Prevalensi mikrofilaria di Maluku, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara umumnya lebih tinggi (1,14 - 38, 57 %), bila dibandungkan dengan pulau lainnya di Indonesia (Kemenkes, 2010)


Situasi Ekonomi Makro

Selama tahun 2002 – 2008, penduduk Indonesia bertambah rata-rata sebesar 1.33% per tahun, sementara Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita mengalami kenaikan hampir 3 kali lipat (dari US$ 743.3 menjadi US$ 2.200.8). Menurut WHO, persentase pengeluaran kesehatan terhadap PDB Indonesia tahun 2006 adalah 2,5% (World Health Statistic, 2009). Data Kementerian Kesehatan mengindikasikan bahwa belanja kesehatan memperlihatkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun menunjukkan peningkatan, dana untuk program filariasis hanya berkisar kurang dari 1% dari dana Kementrian Kesehatan selama ini (Kemenkes, 2010)

Penyakit kaki gajah merupakan salah satu penyakit yang sebelumnya terlupakan. Dapat menyebabkan kecacatan, stigma, psikososial dan penurunan produktivitas penderitanya dan lingkungannya. Diperkirakan kerugian ekonomi mencapai 43 trilyun rupiah (Kemenkes, 2010), jika tidak dilakukan Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis. Penanganan telah dilakukan namun dikarenakan kendala yang ada mengakibatkan hasilnya belum maksimal.
Penanggulangan

Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka mikrofilaria (mf rate) menjadi < 1% di setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.

Pengendalian filariasis dengan pemberian obat Diethylcarbamazine Citrat (DEC) sudah mengalami beberapa kali perubahan metode sejak dimulainya program pengendalian filariasis pada tahun 1970. Pemberian obat DEC dikombinasikan dengan Albendazole dalam dosis tunggal secara massal setahun sekali selama minimal 5 tahun berturut-turut sangat ampuh untuk memutus rantai penularan filariasis, sehingga dapat upaya mendukung eliminasi filariasis tahun 2020

Program Eliminasi

Program akselerasi eliminasi filariasis diupayakan sampai dengan tahun 2020, dilakukan dengan bertahap lima tahunan yang dimulai tahun 2010-2014. Program eliminasi filariasis direncanakan sampai dengan 2014 atas dasar justifikasi: (1) Di daerah endemis dengan angka lebih besar dari 1%, dapat dicegah penularannya dengan program Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis (POMP filariasis) setahun sekali, selama minimal lima tahun berturut-turut. (2) Penyebaran kasus dengan manifestasi kronis filariasis di 401 kabupaten/kota dapat dicegah dan dibatasi dampak kecacatannnya dengan penatalaksanaan kasus klinis; (3) Minimal 85% dari penduduk berisiko tertular filariasis di daerah yang teridentifikasi endemis filariasis harus mendapat POMP filariasis.

Saat ini penyakit filariasis telah menjadi salah satu penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi, diperkuat dengan keputusan WHO tahun 2000 mendeklarasikan “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020”. Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminasi filariasis global.

Kamis, 19 Juni 2014

ureter Female

Located behind the symphysis, running slightly tilted towards the top, shallow channel, approximately 4 cm in length, ranging from the internal urethral orifice to the external urethral orifice. On the anterior wall of the vagina leads obligue down and facing forward. If not dilated 6 cm in diameter. The urethra and the urogenital diaphragm fascia penetrate the external orifice of the vagina directly in front of the surface. Distance of approximately 2.5 cm behind the clitoral gland, urethra gland empties into the urethra orifice which only serves as a conduit excretion.





Urogenital diaphragm and the external orifice of the vagina is located at the surface and 2.5 cm behind the clitoral gland. Female urethra is much shorter than the male urethra and consists of a layer of smooth muscle that is strengthened by skeletal muscle sphincter. At the estuary is characterized by many similar venous sinus cavernous tissue.

Female urethral lining consists of:

The tunica muscularis
Spongeosa layer runs plexus of veins
Mucosal lining of the inner

Rabu, 18 Juni 2014

FILARIASIS

Indonesia is still facing the problem of infectious disease control and the emergence of a re-emerging disease in addition to the face of emerging infection and New emerging infection deseases deseases, as well as the increasing trend of non-communicable diseases (degenerative) caused due to life style. This indicates the occurrence of disease epidemiologic transition, so that Indonesia is facing a double burden at the same time (double burden).

Filariasis or elephantiasis or in Indonesian known as elephantiasis, and in some areas call elephantiasis is a disease caused by the filarial worm infection.

Pathogenesis

Disease elephantiasis is caused by nematode worms of the group, namely Wucheraria bancrofti, Brugia malayi and Brugia timori. The three types of worms that cause elephantiasis disease by means of transmission and clinical symptoms, as well as the same treatment. Female worms will produce (give birth) larvae, called microfilariae, which will migrate into the circulatory system. Disease elephantiasis is mainly due to the adult worms live in the lymph channels. The worms will damage the lymph channels that resulted in the lymph fluid can not be channeled properly, causing swelling in the legs and arms. Adult worms can live for 5-7 years in the lymph nodes.

Filariasis or elephantiasis, or elephantiasis disease is a disease caused by infection with the filarial worms are transmitted through mosquito bites. The disease is widespread in rural and urban areas. Can attack all groups regardless of age and gender. In the world there are 1.3 billion people at risk of contracting the disease elephantiasis in more than 83 countries and 60% of cases are in Southeast Asia.

Epidemiology

Currently in Indonesia microfilaria prevalence rate is an average of 19% this means that 40 million people could be suffering from filariasis in the future if it is not implemented Bulk Drug Prevention filariasis and planned activities towards elimination of filariasis in Indonesia in 2020 (Ministry of Health, 2010)

Almost the whole of Indonesia is filariasis endemic areas, especially eastern Indonesia which have a higher prevalence. Since 2000 to 2009 in the report as many as 11 914 cases of chronic filariasis cases spread over 401 districts / cities. The results of clinical case reports of chronic filariasis of the district / city followed up with a survey of filariasis endemicity, until 2009 there were 337 districts / cities and 135 districts endemic / non-endemic town.
Prevalence of microfilariae average nationally in Indonesia based on finger blood survey (SDJ) 19.78%. Prevalence of microfilariae in Maluku, Papua, West Papua, East Nusa Tenggara and North Maluku are generally higher (1.14 to 38, 57%), when dibandungkan with other islands in Indonesia (Ministry of Health, 2010)


Macroeconomic Situation

During the years 2002 - 2008, Indonesia's population increased by an average of 1:33% per year, while the Gross Domestic Product (GDP) per capita has increased almost 3-fold (from U.S. $ 743.3 to U.S. $ 2.200.8). According to WHO, the percentage of health expenditure to GDP Indonesia in 2006 was 2.5% (World Health Statistics, 2009). Data from the Ministry of Health indicate that health spending showed a tendency to increase from year to year. Despite showing improvement, funding for the program ranged filariasis only less than 1% of the funds for the Ministry of Health (MoH, 2010)

Disease elephantiasis is a disease that previously forgotten. Can lead to disability, stigma, psychosocial and decreased productivity of patients and their environment. It is estimated that the economic losses reached 43 trillion rupiah (MoH, 2010), if not done Bulk Drug Prevention filariasis. Handling has been done, but because of existing constraints resulting outcome is not maximized.
Countermeasures

Filariasis Elimination Program is one of the national priority programs combating infectious diseases in accordance with the Decree of the President of the Republic of Indonesia Number 7 of 2005 on the National Medium Term Development Plan 2004-2009. The general objective of filariasis filariasis elimination program is no longer a public health problem in Indonesia in 2020. Meanwhile, a special purpose program is (a) the decrease in the numbers of microfilariae (mf rate) to <1% in each regency / municipality, (b) prevent and limiting disability due to filariasis.

Control of filariasis with diethylcarbamazine citrate drug administration (DEC) has been amended several times since the start of the method of filariasis control program in 1970. Drug administration of DEC combined with albendazole en masse in a single dose once a year for at least 5 years in a row is very powerful to break the chain filariasis transmission, so it can support the efforts of filariasis elimination 2020

Elimination Program

Acceleration of filariasis elimination programs pursued by the year 2020, conducted by a gradual five-year starting 2010-2014. Filariasis elimination programs are planned through 2014 on the basis of justification: (1) In endemic areas with a number greater than 1%, the transmission can be prevented by the Bulk Drug Prevention program filariasis (POMP filariasis) once a year, for at least five consecutive years. (2) The prevalence of the chronic manifestations of filariasis in 401 districts / cities can be prevented and limited impact kecacatannnya with clinical case management; (3) At least 85% of the population at risk of contracting filariasis filariasis endemic areas must be identified POMP filariasis.

Currently filariasis has become one of the priority diseases to be eliminated, reinforced by the WHO's decision to declare 2000 "The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020". Indonesia agreed to eliminate filariasis as part of a global filariasis elimination.

Selasa, 17 Juni 2014

Ureter Wanita

Terletak dibelakang simpisis, berjalan sedikit miring kea rah atas, salurannya dangkal, panjangnya kurang lebih 4 cm, mulai dari orifisium uretra interna sampai ke orifisium uretra eksterna. Pada dinding anterior vagina menjurus obligue ke bawah dan menghadap ke depan. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. Uretra ini menembus fasia diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina. Jaraknya kurang lebih 2,5 cm di belakang gland klitoris, glandula uretra bermuara ke dalam orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran eksresi.





Diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna berada di permukaan vagina dan 2,5 cm di belakang gland klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra pria dan terdiri atas lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka. Pada muaranya ditandai dengan banyak sinus venosus mirip jaringan kavernosa.

Lapisan uretra wanita terdiri atas:

Tunika muskularis
Lapisan spongeosa berjalan pleksus dari vena-vena
Lapisan mukosa sebelah dalam

Senin, 16 Juni 2014

Male urethral

The urethra is a narrow groove that originate in the bladder which serves to channel the urine to the outside.

Male urethral

Male urethra from the urethral orifice in the internal bladder to the external urethral orifice of the penis, from 17.5 to 20 cm in length which consists of the following parts:

Prostatic urethra

Widest channel, 3 cm in length running almost vertically through the prostate gland, from the base to the apex and closer to the anterior surface. Channel such as a coil shape, the wider the middle, the middle to later join the increasingly shallow pars membrane. This channel transverse section facing forward.
In the posterior wall are shaped Krista uretralis skin, mucous membranes formed by the protrusion, the underlying tissue 15-17 cm, 3 cm high. At left and right are Krista uretralis prostatic sinus orifice penetrated by the prostatic ducts from the lateral lobes of the prostate gland and ducts of the prostate gland and the medial lobe empties behind Krista uretralis.
The front of Krista uretralis there are protrusions called seminal kolikus. At the orifice of the utricle, prostatic 6 cm round-shaped bag that goes to the top and to the back of the medial lobe. Dindingya consists of muscular and connective tissue layer of mucous membrane, some small glands open to the surface.

Urethra membrane

The urethra is the channel that the shortest and shallowest, walking down a dank e leads to the front of the apex of the prostate gland and the bulbus urethra. Pars membranasea penetrate the diaphragm urogenolitalis along approximately 2.5 cm below the symphysis pubis rear side covered by a network of urethral sphincter membranase. In front of this line there is a dorsal vein of the penis to reach the pelvis between the transverse ligament and the ligament arquarta pelvic symphysis.

Cavernous urethra

The urethra has the longest line of the urethra, in the corpus cavernous urethra, approximately 15 cm in length ranging from pars membranasea to the superficial orifice of the urogenital diaphragm. Pars cavernous urethra runs forward and upward toward the front of the pubic symphysis. At the time of the penis contract, pars kovernosus would turn down a dank e front. This kovernosus shallow pars accordance with penile corpus and dilated to 6 mm in the rear. Dilated at the front of the penis gland which will form nafikularis urethral fossa.


External urethral orifice

This section is part erector most contracts, in the form of a vertical slit. Both sides closed by two small lip length 6 mm. Uretralis gland empties into the urethra and consists of two parts:

Glands beneath the tunica mucosa in the corpus cavernous urethra (pars uretralis gland).
Lacunae: the inside of a larger Lacuna ephitelium located on the upper surface is called Lacuna magna.
Orifice of Lacuna spread forward so easily blocking the catheter tip passed along the way.

Minggu, 15 Juni 2014

Uretra Pria

Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan urine ke luar.

Uretra Pria

Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna di dalam kandung kemih sampai orifisium uretra eksterna pada penis, panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri atas bagian-bagian berikut :

Uretra prostatika

Saluran terlebar, panjangnya 3 cm berjalan hamper vertical melalui glandula prostat, mulai dari basis sampai ke apeks dan lebih dekat ke permukaan anterior. Bentuk salurannya seperti kumparan, bagian tengahnya lebih luas, makin ke tengah makin dangkal kemudian bergabung dengan pars membrane. Potongan transversal saluran ini menghadap ke depan.
Pada dinding posterior terdapat Krista uretralis yang berbentuk kulit, dibentuk oleh penonjolan membrane mukosa, jaringan dibawahnya 15-17 cm, tinggi 3 cm. Pada kiri dan kanan Krista uretralis terdapat sinus prostatikus yang ditembus oleh orifisium duktus prostatikus dari lobus lateralis glandula prostat dan duktus dari lobus medial glandula prostat lalu bermuara di belakang Krista uretralis.
Bagian depan Krista uretralis terdapat tonjolan yang disebut kolikus seminalis. Pada orifisium utrikulus, prostatikus berbentuk kantong sepanjang 6 cm yang berjalan ke atas dan ke belakang lobus medial. Dindingya terdiri atas jaringan ikat lapisan muskularis dan membrane mukosa, beberapa glandula kecil terbuka ke permukaan dalam.

Uretra pars membrane

Uretra ini merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal, berjalan mengarah ke bawah dank e depan di antara apeks glandula prostat dan bulbus uretra. Pars membranasea menembus diafragma urogenolitalis sepanjang kurang lebih 2,5 cm, di bawah belakang samping simpisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra membranase. Di depan saluran ini terdapat vena dorsalis penis yang mencapai pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan ligamentum arquarta pubis.

Uretra pars kavernosa

Uretra ini mempunyai saluran terpanjang dari uretra, terdapat di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kurang lebih 15 cm mulai dari pars membranasea sampai ke orifisium superfisialis dari diafragma urogenitalis. Pars kavernosus uretra berjalan ke depan dan ke atas menuju bagian depan simfisis pubis. Pada saat penis berkontraksi, pars kovernosus akan membelok ke bawah dank e depan. Pars kovernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi ke belakang. Bagian depan berdilatasi di dalam gland penis yang akan membentuk fossa nafikularis uretra.




Orifisium uretra eksterna

Bagian ini merupakan bagian erektor yang paling berkontraksi, berupa sebuah celah vertical. Kedua sisi ditutup oleh dua bibir kecil panjangnya 6 mm. Glandula uretralis bermuara ke dalam uretra dan terdiri atas dua bagian yaitu :

Glandula yang terdapat di bawah tunika mukosa di dalam korpus kavernosus uretra (glandula pars uretralis).
Lakuna: bagian dalam ephitelium lacuna lebih besar yang terletak di permukaan atas disebut lacuna magna. 
Orifisium dari lacuna menyebar ke depan sehingga dengan mudah menghalangi ujung kateter yang dilalui sepanjang jalan.

Sabtu, 14 Juni 2014

The bladder

The bladder is an organ that can be concave or berdistenbsi and composed of muscle tissue as well as a container and is the organ where urine secretion. When empty, the bladder was didalm panngul cavity behind the pubic symphysis. In men, the bladder lies in the posterior part of the rectum and bladder in women is located on the anterior wall of the vagina and uretus.



Bladder wall has four layers - mucosa layer, a submucosal layer of connective tissue, a muscle and an outer serous layer. Muscle layer has files - files that make up the muscle fibers of the detrusor muscle, stimulating parasympathetic nerve fibers of the detrusor muscle during the process of urination. Internal urethral sphincter, which is composed of a set of muscles that form a ring, located at the base of the bladder where the join the urethral sphincter. Sphincter to prevent urine out of the bladder and is under voluntary control (conscious muscle control).



Urinary bladder (bladder) is located just behind the pubic bones, is the walled storage of urine strong muscles, shape varies according to the amount of urine that diakandung. Empty the bladder at the time located preformance pelvic cavity, while the upper wall is fully lifted into the hypogastric region. The apex of the bladder is located behind the pubic symphysis atsa edge and a triangular posterior surface. Superolateral corner is the estuary of the ureter and urethra form the inferior angle.




The upper part of the bladder is covered by peritoneum which forms eksavasio retro-vesical, while the lower part of the posterior surface is separated from the rectum by the ductus deferens, seminal vesicles, and vesicles retrovesikalis. Superior surface entirely covered by peritoneum and adjacent to the ileum and sigmoid colon rolls along the lateral surface of the lateral wall of the peritoneal fold into the pelvis.

Jumat, 13 Juni 2014

Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistenbsi dan tersusun atau jaringan otot serta merupakan wadah tempat urin dan merupakan organ sekresi. Apabila kosong, kandung kemih berada didalm rongga panngul dibelakang simfisis pubis. Pada pria, kandung kemih terletak pada rektum bagian posterior dan pada wanita kandung kemih terletak pada dinding anterior uretus dan vagina.





Dinding kandung kemih memiliki empat lapisan – lapisan mukosa di dalam, sebuah lapisan submukosa pada jaringan penyambung, sebuah otot dan sebuah lapisan serosa di bagian luar. Lapisan otot memiliki berkas – berkas serabut otot yang membentuk otot detrusor, serabut saraf parasimpatis menstimulus otot detrusor selama proses perkemihan. Sfingter uretra interna, yang tersusun atas kumpulan otot yang terbentuk seperti cincin, berada pada dasar kandung kemih tempat sfingter tersebut bergabung dengan uretra. Sfingter mencegah urin keluar dari kandung kemih dan berada di bawah kontrol volunter ( kontrol otot yang disadari ).





Vesika urinaria (kandung kemih) terletak tepat dibelakang os pubis, merupakan tempat penyimpanan urine yang berdinding otot yang kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urine yang diakandung. Kandung kemih pada waktu kosong terletak dalm rongga pelvis, sedangkan dalam keadaan penuh dinding atas terangkat masuk ke dalam region hipogastrika. Apeks kandung kemih terletak dibelakang pinggir atsa simpisis pubis dan permukaan posteriornya berbentuk segitiga . Bagian sudut superolateral merupakan muara ureter dan sudut inferior membentuk uretra.




Bagian atas kandung kemih ditutupi oleh peritoneum yang membentuk eksavasio retro vesikalis, sedangkan bagian bawah permukaan posterior dipisahkan dari rectum oleh duktus deferens, vesika seminalis, dan vesika retrovesikalis. Permukaan superior seluruhnya ditutupi oleh peritoneum dan berbatasan dengan gulungan ileum dan kolon sigmoid sepanjang lateral permukaan peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis.

Kamis, 12 Juni 2014

The ureter


The ureter is a tubular structure that has a length of 25 to 30 cm and a diameter of 1.25 cm on man, woman. Wall consists of mucosa which is lined by transitional cells, smooth muscle and longitudinal sirkulair can perform peristaltic (contraction) to dispense urine into the bladder. Ureter extends the retroperitoneum position to enter the bladder in the pelvis (pelvic) in connection ureterovesikalis. Get out of urine which the ureters to the bladder is generally sterile.




Ureteral wall is formed of three layers of tissue. Inner layer is a mucous membrane layer continues until the bladder and renal pelvis. The middle layer consists of smooth muscle fibers that menstranpor urine through the ureter with peristalsis movement stimulated by distention of urine in the bladder. The outer layer of the ureter is a fibrous connective tissue menyongkong ureter.


For the sake of the interests of radiology and surgery, ureter divided by 2 bagianyaitu:

Pars abdominal ureter

That which is dar i ampai crossed renal pelvis iliac vasa. In the abdominal cavity behind the peritoneum the ureter is located next to the psoas major muscle anterior media and on the cover by the subserous fascia. Vasa internal spermatic and ovarian crosses the ureter is oblique. Ureter to reach the pelvic cavity and crosses the external iliac artery.
Right ureter lies in the descending duodenum pars. When coming down there on the bottom right and right and crossed by colonic vasa iliokolika iliac, and pelvic aperture near the bottom will be passed by the mesentery and the bottom of the mesentery and the end of the ileum. Left ureter crossed by the vasa koplika The right of the left superior pelvic aperture and walk behind the sigmoid colon and mesentery.

Pars pelvic ureter

Ie starting from the intersection with vasa iliac to get into the bladder. Pars pelvic ureter runs in part along the lateral wall of the tep kavumpelvis
i enterior of the greater sciatic notch and covered by peritoneum. Ureter can be found in the front part of the hypogastric arteries in the anterior facial nerve and artery obturatoris hemorrhoidal artery media. At the bottom of the notch askhiadika major urewter tilted slightly to the medial part of the lateral angle to reach the bladder.

In addition, radiological ureter divided into 3 parts:

Ureter third Proximal from the renal pelvis to the upper limit of the sacrum.
Ureter third from the boundary sacrum medial to the upper limit under the sacrum to get into the bladder.
Ureter layer;

Outer wall of connective tissue (fibrous tissue)
The middle layer (smooth muscle)
Inner layer (mucosal lining)
The blood vessels of the ureter:
Renal artery
The internal spermatic artery
Hypogastric artery
The inferior vesical artery
Innervation of the ureter

Is a branch of the inferior mesenerikus plexus, spermatic plexus, and pelvic plexus. Lower third of the ureter filled by nerve cells that are united by a chain and efferent vagus nerves. Aferens chain thoracic nerve XI and XII da, the first lumbar nerve and vagus afferent chain has to urethral

Rabu, 11 Juni 2014

Ureter

Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 sampai 30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewas. Dinding terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot polos sirkulair dan longitudinal yang dapat melakukan peristaltic (kontraksi) guna mengeluarkan urine ke buli-buli. Ureter membentang pada posisi retroperitoneum untuk memasuki kandung kemih di dalam rongga panggul ( pelvis ) pada sambungan ureterovesikalis. Urin yang keluardari ureter ke kandung kemih umumnya steril.





Dinding ureter dibentuk dari tiga lapisan jaringan. Lapisan bagian dalam merupakan membran mukosa yang berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan kandung kemih. Lapisan tengah terdiri dari serabut otot polos yang menstranpor urin melalui ureter dengan gerakan peristaltis yang distimulasi oleh distensi urin di kandung kemih. Lapisan luar ureter adalah jaringan penyambung fibrosa yang menyongkong ureter.


Untuk kepentingan radiology dan kepentingan pembedahan, ureter dibagi 2 bagianyaitu :

Pars abdominalis ureter

Yaitu yang berada dar i pelvis renalis ampai menyilang vasa iliaka. Dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum sebelah media anterior muskulus psoas mayor dan di tutupi oleh fasia subserosa. Vasa spermatika dan ovarika interna menyilang ureter secara oblique. Ureter akan mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.
Ureter kanan terletak pada pars desendens duodenum. Sewaktu turun kebawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vasa iliaka iliokolika, dan dekat aperture pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ileum. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra dekstra aperture pelvis superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan mesenterium.

Pars pelvis ureter

Yaitu mulai dari persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk ke buli-buli. Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral dari kavumpelvis sepanjang tep
i enterior dari insisura iskiadika mayor dan tertutup oleh peritoneum. Ureter dapat ditemukan di depan arteri hipogastrika bagian dalam nervus obturatoris arteri fasialis anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insisura askhiadika mayor urewter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari kandung kemih.

Di samping itu ureter secara radiologis dibagi 3 bagian yaitu :

Ureter 1/3 Proksimal mulai dari pelvis renalis sampai batas atas sacrum.
Ureter 1/3 medial mulai dari batas sacrum sampai pada batas atas bawah sacrum sampai masuk ke buli-buli.
Lapisan Ureter ;

Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
Lapisan tengah (otot polos)
Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)
Pembuluh darah ureter :
Arteri renalis
Arteri spermatika interna
Arteri hipogastrika
Arteri vesikalis inferior
Persarafan ureter

Merupakan cabang dari pleksus mesenerikus inferior, pleksus spermatika, dan pleksus pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi oleh sel-sel saraf yang bersatu dengan rantai eferen dan nervus vagus. Rantai aferens dan nervus torakalis XI da XII, nervus lumbalis I dan nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk uretra

Selasa, 10 Juni 2014

Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna coklat agak kemerahan, yang terletak di kedua sisi kolumna vertebra posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis keduabelas sampai vertebra lumbalis ketiga. Dalam kondisii normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 sampai 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hati. Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke-11 dan ginjal kanan setinggi iga ke-12 dan batas bawah ginjal kiri setinggi vertebrata lumbalis ke-3. Setiap ginjal secara khas berukuran 12 m x 7 cm dan Berat ginjal pada pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115 - 155 gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak di kutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan secara langsung dengan proses eliminasi urin. Setiap ginjal dilapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan dikelilingi oleh lapisan lemak.





Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true kapsul) ginjal dan di luar terdapat jaringan lemak parirenal. Disebelah cranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak parirenal dibungkus oleh fasia gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstra vasasi urine pada saat terjadinya trauma ginjal. Selain itu fasia gerota berfungsi sebagai barier dalam menghambat penyebaran infeksi atau menghambat metastase tumor ginjal ke organ di sekitarnya. Disebelah posterior ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal serta tulang iga ke IX dan XII.





Sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh organ intra peritoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hati, kolon dan duodenum sehingga letaknya lebih rendah dari yang kiri. Sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh klien, lambung, pancreas, jejunum dan colon.


Jika ginjal di bagi dua dari atas kebawah, dua daerah utama yang dapat digambarkan yaitu korteks dibagian luar dan medula dibagian dalam. Medula ginjal terbagi menjadi beberapa masa jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal. Dasar dari setiap piramida dimulai pada perbatasan antara korteks dan medula serta di akhiri pada papila, yang menonjol ke dalam ruang pelvis ginjal yaitu sambungan berbentuk cerobong dari ujung akhir ureter.





Perbatasan pelvis sebelah luar terbagi menjadi kantong dengan ujung terbuka yang disebut kalises mayor, yamg meluas kebawah dan terbagi menjadi kalise minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus setiap papila. Dinding kalises, pelvis, dan ureter terdiri dari elemen – elemen kontraktil yang mendorong urin menuju kandung kemih, dimana urin disimpan sampai dikeluarkan melalui mikturitis. Dalam setiap pyramid ginjal terdapat berjuta- juta nefron. Nefron merupakan satuan fungsional ginjal mengandung kira-kira 1,3 juta nefron dan tiap nefron dapat membentuk urina sendiri. Selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah.





Ginjal melakukan fungsinya yang paling penting dengan menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi , bergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dari filtrat ( dan oleh karena itu dari darah ) dengan mengekskresikanny dengan urin, sementara zat yang diperlukan dikembalikan dalam darah.

Senin, 09 Juni 2014

Renal

The kidneys are a pair of bean-shaped organs beans, reddish brown, which is located on both sides of the vertebral column posterior to the peritoneum and is located on the inside of the back muscles. Renal extends from the twelfth thoracic vertebra to the third lumbar vertebra. In kondisii normal, the left kidney is higher than 1.5 to 2 cm in the right kidney because of the position of the liver anatomy. The upper limit of the left kidney as high as the 11th rib and the right kidney as high as the 12th rib and the lower limit of the left kidney as high as 3rd lumbar vertebrate. Each kidney is typically measuring 12 x 7 cm and kidney weight in adult men and adult women 150-170 grams 115-155 grams. An adrenal gland is located in the superior pole of each kidney, but not directly related to the elimination of urine. Each kidney is covered by a capsule that is sturdy and is surrounded by a layer of fat.






Renal wrapped by a thin fibrous tissue and shiny called fibrous capsule (true capsule) outside the kidney and fat tissue are parirenal. Cranial side kidney is an adrenal gland or adrenal gland / suprarenal yellow. The adrenal glands and kidneys together fat tissue parirenal wrapped by Gerota fascia. This fascia serves as a barrier that inhibits the spread of renal parenchymal bleeding and prevent extra vasasi urine at the time of renal trauma. Additionally Gerota fascia serves as a barrier to inhibit the spread of infection or inhibit tumor metastasis to organs surrounding the kidney. Posterior side of the kidney is protected by the back muscles are thick and ribs IX and XII.



While the anterior side is protected by intra-peritoneal organs. Right kidney is surrounded by the liver, colon and duodenum so that it is located lower than the left. While the left kidney is surrounded by a client, stomach, pancreas, jejunum and colon. 

If the kidney in two from top to bottom, the two main areas that can be described, namely the outer cortex and medulla inside. Renal medullary tissue period is divided into several conical called renal pyramids. The basis of each pyramid starts at the border between the cortex and medulla and ends at the papilla, which protrude into the space of the renal pelvis is funnel-shaped connection of the tip end of the ureter.






Perbatasan pelvis sebelah luar terbagi menjadi kantong dengan ujung terbuka yang disebut kalises mayor, yamg meluas kebawah dan terbagi menjadi kalise minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus setiap papila. Dinding kalises, pelvis, dan ureter terdiri dari elemen – elemen kontraktil yang mendorong urin menuju kandung kemih, dimana urin disimpan sampai dikeluarkan melalui mikturitis. Dalam setiap pyramid ginjal terdapat berjuta- juta nefron. Nefron merupakan satuan fungsional ginjal mengandung kira-kira 1,3 juta nefron dan tiap nefron dapat membentuk urina sendiri. Selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah.




Renal perform the most important functions with a plasma filter and remove substances from the filtrate at varying speeds, depending on the needs of the body. Finally, the kidneys remove unwanted substances from the filtrate (and therefore of the blood) with mengekskresikanny with urine, while the substance in the blood that is needed is returned.

Minggu, 08 Juni 2014

PYELONEPHRITIS

CHAPTER I

INTRODUCTION

1.1 Background
Urinary tract infections (UTIs) are common and attack people regardless of age, especially women. UTIs are responsible for approximately seven million patient visits to physicians each year in the United States (Stamm, 1998). UTI expressed in micro biology there if there are significant bacteriuria (105 ml pathogenic microorganisms found in urine collected at the beam middle right way).

Abnormalities can only colonizes bacteria from urine (asymptomatic bacteriuria) or bacteriuria can be accompanied simtomatikndari infection of the urinary tract structures / UTIs are generally divided into two major sub-categories: lower UTI (urethritis, cystitis, prostatitis) and upper UTI (acute pyelonephritis) . Acute cystitis (bladder infection) and acute pyelonephritis (infection and interstitial renal pelvis) is an infection that is most instrumental in causing morbilitas but rarely end up as progressive renal failure.
Pyelonephritis is an infection of the kidneys trophy, tubules and interstitial tissue of one or both kidneys. Bacteria reach the bladder through the urethra and ascend to the kidneys. Although the kidneys receive 20% to 25% of cardiac output, bacteria rarely reaches the kidneys through the bloodstream; cases of hematogenous spread of less than 3%.
Pyelonephritis often as a result of reflux ureterivesikal, wherein the valve incompetent uretevesikal meynyebabkan urine to flow back (reflux) into the ureter. Obstruction of the urinary tract (kidneys which increases susceptibility to infection), bladder tumors, strictures, benign prostatic hyperplasia, urinary stones, and is the cause of another. Acute and chronic pyelonephritis can.
Purpose
1. Medical Students can explain the definition of pyelonephritis, pyelonephritis etiology, epidemiology pyelonephritis, pyelonephritis clinical symptoms, pathophysiology of pyelonephritis, pyelonephritis physical examination, investigation pyelonephritis, pyelonephritis management, diagnosis pyelonephritis, pyelonephritis diagnosis, complications of pyelonephritis, pyelonephritis prognosis
2. Improving ability in scientific writing / papers in the field of medicine.
3. Fulfilling one of the graduation requirements Registrar of Clinic
4. Methods review of literature with reference to some literature.

CHAPTER II

LITERATURE REVIEW

2.1 Definition of pyelonephritis
Pyelonephritis is an inflammation of the renal pelvis and renal parenchyma due to an infection caused by bacteria. Bacterial infection of the kidney tissue at the start of the lower urinary tract to the kidneys continue to rise. This infection can affect parenchym and renal pelvis (kidney pyelum = trophy).

2.2 Causes of pyelonephritis

Bacteria E. Coli.
Resistant to antibiotics.
Ureteral obstruction resulting in hydronephrosis.
Active infection.
Decreased renal function.
Urethral reflux.
The bacteria spread to the kidneys, blood, lymphatic system.

2.3 Pathophysiology pyelonephritis

Entry into the renal pelvis and inflammation. This inflammation causes crusting of the area, starting from the papillae and spread across the cortex. Infection occurs after the cytitis, prostatitis (asccending) or due to infection from blood steptococcus (descending).
Pyelonephritis is divided into two kinds:
Acute pyelonephritis.
Chronic pyelonephritis.
Acute pyelonephritis
Acute pyelonephritis is usually short and frequent recurrent infections due but not perfect or new infections. 20% of recurrent infections occurred after two weeks after therapy is completed. Bacterial infections of the lower urinary tract toward the kidneys, this will affect kidney function. Urinary tract infection or associated with selimut.abses can be encountered in the kidney capsule and the link kortikomedularis. In the end, atrophy, and glomerular and tubular damage occurs.
Chronic pyelonephritis Chronic also comes from the presence of bacteria, but can also be due to other factors such as urinary tract obstruction and urinary reflux. Chronic pyelonephritis can permanently damage the kidney tissue due to repeated inflammation and scarring and can lead to the onset of the faiure renal (kidney failure) are chronic. Kidney was formed progressive scarring, contract and does not work. The process of development of chronic renal failure kidney infection repeated last several years or after a severe infection. Distribution of acute pyelonephritis often found in pregnant women, usually beginning with hydro Pyelonefrosis ureter and ureteral obstruction due to enlarged uterus.

2.4 Clinical Signs and Symptoms of pyelonephritis

Acute pyelonephritis is characterized by swelling of the kidney or renal passenger widening.
In studies on get high fever, chills, nausea, pain in the waist, headache, muscle pain and physical weakness.
On percussion in the area marked by the presence of CVA tenderness.
Client usually accompanied dysuria, frequency, urgency within a few days.
On examination of urine obtained colored urine or hematuria cloudy with a pungent odor, but it is also an increase in white blood cells.
Chronic pyelonephritis
Chronic pyelonephritis caused by repeated infection. So both kidneys slowly becoming damaged. An attack of acute pyelonephritis repeated usually do not have symptoms sfesifik. The presence of fatigue. Headache, low appetite and weight loss. The presence of polyuria, excessive thirst, azotemia, anemia, acidosis, proteinuria, pyuria, and urine concentrations decreased. Declining health of the patient, the patient ultimately suffered kidney failure. Kalik abnormalities and the presence of injury to the cortex region. Kidney nephrons decreases and the ability to decline due to tissue injury. Suddenly when it found hypertension.

2.5 Examination Support pyelonephritis

Diagnostic Evaluation. An intravenous urogram and ultrasound can be performed to determine the site of obstruction in the urinary tract, eliminating the obstruction is critical to saving kidney from destruction. Cult urine and sensitivity tests performed to determine the causative organism so that appropriate antimicrobial agents can diresepkana.
Diagnosis of chronic pyelonephritis
It used to be almost always used when an abnormality is found tubulointerstisial this, the notion of the degree of severe VUR can cause scarring in the kidneys, atrophy, and dilatation Calix (refluks0 nephropathy, which is commonly diagnosed as chronic pyelonephritis, now it's been well received. Mechanisms cause tissue scar is believed to be a combination of effects: (1) VUR, (2) intrarenal reflux, and (3) infection (Kunin, 1997; tolkoff-Rubin, 2000; Rose, Rennke, 1994). Severity of VUR is the only one of the most important determinants of kidney damage. Much evidence menyongkong notion that renal involvement in reflux nephropathy occurs in early childhood before the age of 5 to 6 years, due to the formation of new scar tissue rarely occurs after this age. explanation of these observations is that intrarenal reflux stalled when the child becomes larger (most likely due to the development of the kidney), however VUR continues.
In adults. VUR and reflux nephropathy may be associated with obstructive disorders and neoruligik that cause blockage of the drainage of urine (such as kidney or bladder stones neurologic injury due to diabetes or brain stem). However, the majority of adults who have scarring of the kidneys due to chronic pyelonephritis got these lesions at the beginning of the kana-his childhood. Bkti-reflux mechanism supporting evidence that this infection comes from experiments on animals and observations in humans with the following results: 85% to 100% of children and 50% of adults with VUR had renal scarring (Tolkoff-Rubin, 2000).
The mechanism of reflux nephropathy revelation that began in the early childhood can njelskan bagmenjelaskan scarring and kidney damage in many patients, it is still difficult to explain how the trip progressive renal damage due to a number of adults with end stage pyelonifritis can not reflux and UTIs . Some patients can not even remember at all had experienced recurrent UTIs. The most popular theory to explain progisif renal failure that occurs in patients with reflux that has been corrected with sterile urine is intrarenal hemodynamic theory or hypothesis hiperfitrasi (Rose, Rennke, 1994). According to this theory, the initial infection causes damage to the nephrons results in compensatory increase glomelurus capillary pressure (PGC) and the rest of the nephron hiperperfusi still relatively normal. This seems to cause injury intraglomerulus hypertension in glomerular sclerosis and ultimately lead. The concept of glomerular injury diperantaikeadaan hemodynamic supported by a growing body of experimental evidence indicates that systemic hypertension control, especially with the administration of drugs inhibiting angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors such as enalapril maleate koptopril or slow the decline in GFR in many patients with kidney failure. These drugs decrease the PGC to work against angiotensin II and efferent arteriolar dilation. Decreased PGC also occur if the protein foods is limited only 20 to 30g/day, supplemented with amino acids and analogues ketonya.

2.6 Management of pyelonephritis

Pyelonifritis acute patients at risk of bacteremia and require intensive therapy antimikrobisl arrives. Parenteral therapy is given as; old 24 till 28 hours until the patient afrebil. At that time, oral agents dspst given. Patients with little critical conditions will be effective when treated only with oral agents. To mrncega perkemban biakannyabakteri remaining, then the treatment of acute pyelonephritis lebi usually longer than in the synthesis.
Problems that may arise in the handling is chronic or recurrent infections appear until several months or years without symptoms. After the initial antimicrobial program, the patient is maintained to continue diwah antimicrobial treatment until evidence is not evidence of infection occur, all the causes have been addressed and controlled, and stable renal function. Keratininserum levels and blood counts monitored patients on prolonged treatment duration.

Treatment options antimokrobial agents based on the identification of the pathogen through urine culture. If bacteria can not disappear from the urine, or a combination nitrofurantion trimetrhopim sulfametoxazole and can be used to suppress the growth of bacteria. Strict renal function, especially if a potential medication for kidney toxin.

PIELONEFRITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah yang dikumpulkan pada cara yang benar).

Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/ UTI umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis, prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis akut (infeksi vesika urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif.
Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup uretevesikal yang tidak kompeten meynyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.
Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa Kedokteran dapat menjelaskan definisi Pielonefritis, etiologi Pielonefritis, epidemiologi Pielonefritis, gejala klinis Pielonefritis, patofisiologi Pielonefritis, pemeriksaan fisik Pielonefritis, pemeriksaan penunjang Pielonefritis, penatalaksanaan Pielonefritis, diagnosa Pielonefritis, diagnosis banding Pielonefritis, komplikasi Pielonefritis, prognosis Pielonefritis
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah / Makalah di bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik
4. Metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada beberapa literatur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pielonefritis
Pielonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang di mulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai parenchym maupun renal pelvis (pyelum= piala ginjal).

2.2 Penyebab Pielonefritis

Bakteri E. Coli.
Resisten terhadap antibiotik.
Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
Infeksi aktif.
Penurunan fungsi ginjal.
Uretra refluk.
Bakteri menyebar ke daerah ginjal, darah, sistem limfatik.

2.3 Patofisiologi Pielonefritis

Masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan pembekakan daerah tersebut, dimulai dari papila dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cytitis, prostatitis (asccending) atau karena infeksi steptococcus yang berasal dari darah (descending).
Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Pyelonefritis akut.
Pyelonefritis kronik.
Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau dikaitkan dengan selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang –ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

2.4 Tanda dan Gejala Klinis Pielonefritis

Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau pelebaran penumpang ginjal.
Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea, nyeri pada pinggang , sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya tenderness.
Client biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
Pyelonefritis kronik
Pyelonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Sehingga kedua ginjal perlahan-lahan mejadi rusak. Adanya serangan Pyelonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang sfesifik. Adanya keletihan. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat badan menurun. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria, dan kepekatan urin menurun. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan. Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hypertensi.

2.5 Pemeriksaan Penunjang Pielonefritis

Evaluasi Diagnostik. Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi obstruksi di traktus urinarius, menghilangkan obstruksi adalah penting untuk menyelamatkan ginjal dari kehancuran. Kultus urine dan tes sensitivitas dilakukan untuk menentukan organisme penyebab sehingga agens antimikrobial yang tepat dapat diresepkana.
Diagnosa pyelonefritis kronik
Dulu hampir selalu dipakai bila ditemukan kelainan tubulointerstisial ini, pengertian tentang derajat VUR yang berat dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada ginjal, atrofi, dan dilatasi kaliks (nefropati refluks0, yang lazim didiagnosis sebagai pyelonefritis kronik, sekarang ini sudah diterima dengan baik. Mekanisme penyebab jaringan parut diyakini merupakan gabungan dari efek : (1) VUR, (2) refluks intrarenal, dan (3) infeksi (kunin, 1997; tolkoff-Rubin, 2000; Rose, Rennke, 1994). Keparahan VUR merupakan satu-satunya faktor penentu terpenting dari kerusakan ginjal. Banyak bukti yang menyongkong pendapat bahwa keterlibatan ginjal pada nefropati refluks terjadi pada awal masa kanak-kanak sebelum usia 5 sampai 6 tahun, karena pembentukan jaringan parut yang baru jarang terjadi setelah usia ini. Penjelasan dari pengamatan ini adalah bahwa refluks intrarenal terhenti sewaktu anak menjadi lebih besar (kemungkinan besar karena perkembangan ginjal), walaupun demikian VUR dapat terus berlanjut.
Pada orang dewasa. VUR dan nefropati refluks dapat berkaitan dengan gangguan obstruktif dan neoruligik yang menyebabkan sumbatan pada drainase urine (seperti batu ginjal atau vesika urinaria neurologik akibat diabetes atau cidera batang otak). Namun, sebagian besar orang dewasa yang memiliki jaringan parut pada ginjal akibat pyelonefritis kronik mendapat lesi-lesi ini pada awal masa kana-kanaknya. Bkti-bukti yang menyokong mekanisme refluks infeksi ini berasal dari percobaan pada hewan dan pengamatan pada manusia dengan hasil sebagai berikut : 85% sampai 100% anak-anak dan 50% orang dewasa dengan jaringan parut ginjal menderita VUR (Tolkoff-Rubin,2000) .
Mekanisme penyataannya nefropati refluks yang mulai terjadi pada awal masa kanak-kanak dapat njelskan bagmenjelaskan pembentukan jaringan parut dan kerusakan ginjal pada banyak pasien, masih sulit untuk menjelaskan bagaimana perjalanan kerusakan ginjal progresif karena pada sejumlah orang orang dewasa dengan pyelonifritis tahap akhir tidak dapat refluks maupun UTI. Beberapa pasien bahkan tidak dapat mengingat sama sekali pernah mengalami UTI berulang. Teori paling populer untuk menjelaskan gagal ginjal progisif yang terjadi pada pasien dengan refluks yang sudah dikoreksi dengan urine steril adalah teori hemodinamik intrarenal atau hipotesis hiperfitrasi (Rose, Rennke, 1994). Menurut teori ini, infeksi awal penyebab kerusakan nefron mengakibatkan kompensasi peningkatan tekanan kapiler glomelurus (Pgc) dan hiperperfusi pada sisa nefron yang masih relatif normal. Tampaknya hipertensi intraglomerulus ini menimbulkan cidera pada glomerulus dan akhirnya menyebabkan sklerosis. Konsep cedera glomerulus yang diperantaikeadaan hemodinamik ini didukung oleh semakin banyaknya bukti dari percobaan menunjukan bahwa pengendalian hipertensi sistemik terutama dengan pemberian obat-obat penghambat enzim konversi angiotensi (ACE) seperti koptopril atau enalapril maleat memperlambat penurunan GFR pada banyak pasien gagal ginjal. Obat-obatan ini menurunkan Pgc dengan melawan kerja angiotensin II dan dilatasi arteriol eferen. Penurunan Pgc juga terjadi jika makanan berprotein dibatasi hanya 20 sampai 30g/hari, dilengkapi dengan asam amino dan analog ketonya.

2.6 Penatalaksanaan Pielonefritis

Pasien pyelonifritis akut beresiko terhadap bakterimia dan memerlukan terapi antimikrobisl ysng intensif. Terapi parental diberikan se;lama 24 samapi 28 jam sampai pasien afrebil. Pada waktu tersebut, agens oral dspst diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mrncega perkemban biakannyabakteri yang tersisa, maka pengobatan pyelonefritis akut biasanya lebi lama dari pada sistesis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tampa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus diwah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadar keratininserum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi jangka panjang.

Penatalaksanaan agens antimokrobial pilihan di dasarkan pada identifikasi patogen melalui kultur urin. Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimetrhopim dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal ketat, terutama jika medikasi potensial toksin bagi ginjal.

Sabtu, 07 Juni 2014

breast cancer

is a malignant neoplasm with an abnormal growth of breast tissue that does not look at the surrounding tissue, grow ilfiltratif and destructive and metastatic (Reksoprodjo, 1995).
Symptoms of Breast Cancer Clinic
Clinical symptoms are commonly found in patients with breast cancer are as follows


Palpable mass or lump in the breast


Breasts are not symmetrical


There are skin changes: thickening, basin, pale skin around the nipple, skin wrinkled like kaffir lime and the presence of ulcers of the breast


There are changes in skin temperature: warm, redness, heat


There is a discharge from the nipple


There are changes on the nipple: itching, no burning sensation, and erosion occurs retraction


There's pain


The spread to the bones so that the bones become brittle and increases blood calcium levels


There is swelling of the arm area


Etiology and Predisposing Factors


The exact cause of breast cancer is unknown. Breast cancer only occurs in women after menarche, it is suspected that changes in hormonal cycles that may be a contributing factor to the growth of abnormal cells in the breast. Genetic factors also play a role in causing breast cancer, but the genetic effect is not very strong.
If the mother has breast cancer, the chances of female children also suffer from breast cancer is 2 to 3 times greater than the population in general condition, but there is no evidence of a specific pattern inheritan (unloaded). Some hypothesis states that there are genotype predisposes to the formation of cancer cells, but there must be some interaction with non-genetic factors prior to the onset of cancer.
Patients positive family history of cancer, have a tendency to develop cancer at a younger age and the frequency of occurrence is higher compared with patients with no history of cancer in his family.
In general, breast cancer occurs in multi-factor. In addition to the contribution of genetic factors, gender, age, other comorbidities, also can be caused by diet pattern.
Mastectomy


Based on the purpose of surgical therapy, mastectomy can be divided into two kinds of goals curative and palliative purposes.
The principle of curative therapy is surgical removal of the cancer cells without leaving any microscopic cancer cells. This curative surgical therapy performed on early-stage breast cancer (stage 0, I and II).
While the goal is palliative surgical therapy for breast cancer mengangat macroscopically and still leave microscopic cancer cells. Palliative surgical treatment is generally undertaken to reduce patient complaints such as bleeding, broken bones and ulcer treatment, performed at an advanced stage of breast cancer, namely stage III and IV.
Cancer cell removal procedure can be done in the following way:


Radical mastectomy, the entire breast Lifting, skin, major and minor muscles, axillary lymph nodes and surrounding fatty tissue.


Modified radical mastectomy, radical mastectomy but as pectoralis major muscle is maintained.


Simple mastectomy, breast Raised by maintaining the muscles that support.


Partial mastectomy, Raised lesion and surrounding tissues including the lymph nodes.


Lumpectomy, Raised lesions and 3 to 5 cm ditepinya tissue, breast tissue and skin is maintained.

Oyster Mushrooms for Health Benefits

Manfaat Jamur Tiram


  1. Helps lower cholesterol 
  2. As antibacterial and antitumor 
  3. Enzyme-enzyme hydrolysis and oxidation 
  4. Can kill nematodes 
  5. Reducing the Risk of a weak heart 
  6. Overcoming liver disease 
  7. Help menyenbuhkan diabetes 
  8. Eliminating anemia. 
  9. Helps digestive system. 
  10. Prevent tumor

Jumat, 06 Juni 2014

Grass Puzzle For Health Benefits

Manfaat Rumput Teki


1. Treating Skin Disease

Flour is made ​​from the nut-grass tubers are used as a mosquito repellent powder scented menthol. Can also be diluted with a little water and used as a kind of skin disease drug tinea versicolor, ringworm, and wounds that have not healed.

2. Overcoming Urinary Stone

Fresh tuber digeprak then brewed with hot water can be used as medicine dropsy and bladder stones.

3. Streamlining urinating

Nut-grass tubers were mixed with gotu kola leaves and reeds can mempelancar urination

4. Reducing Skin Blue banged.

Puzzle fresh grass washed and then ground, then placed on the affected part.

5. Treating Nail swelling.

Nut-grass tubers and seeds walnuts until finely ground, then cover with leaves.

Heat, then put the nail in the hospital, or directly wrapped.

Kamis, 05 Juni 2014

Seaweed Benefits for Health



Losing weight

Seaweeds have absolutely no fat content or calories . The iodine content in seaweed also able to maintain the health of your body's thyroid gland . The thyroid gland is able to regulate the body's metabolism so that weight remains balanced. Moreover minerals in seaweed can destroy fat cells in the body .

Preventing cancer

Seaweed contains natural antioxidant substances called lignans . This compound is known to slow the growth of tumors . Other studies have also shown that high folic acid content in the seaweed can prevent colon cancer .

Being able to detoxify the body

Seaweed consumption suitable for those who are often exposed to toxins and pollutants from the body . This is because in the seaweed contained chlorophyll content helps the body to naturally detos .

prevent Anemia

Seaweed is proven to improve hematopoiesis or red blood cell formation . It is believed to be due to the high iron content in it .

Accelerate Wound Healing

Vitamin C contained in seaweed proven to maintain strong bones , teeth , gums , skin health and can heal wounds and strengthen the blood vessels .

Prevent bone loss

Seaweed has more calcium than milk . Therefore , this magical grass can prevent the risk of bone loss , maintaining bone and teeth growth , maintain healthy nails , and hair .

Rabu, 04 Juni 2014

Find Excellent Ways To Earn Money


  1. Benefits of Galangal For KesehatanaMengurangi bloating due to colds 
  2. Coping with Lung and skin diseases such as ringworm 
  3. Eliminating black spots on the skin 
  4. Reduce fever with enlarged affluent 
  5. Cleaning after childbirth (postpartum) 
  6. Overcome ear inflammation 
  7. Treat diarrheal diseases 
  8. Toothache due to wind chill 
  9. Powerful drugs (aphrodisiac)



Selasa, 03 Juni 2014

Efficacy Powder For Body Health

Khasiat Kencur Bagi Kesehatan


  1. Addressing the influenza in children 
  2. Helps remove bad blood 
  3. Streamlining the coming months 
  4. Reduce headache 
  5. Help treat sore throat and cough 
  6. Overcoming Sprain 
  7. Help treat sore stomach acid

Senin, 02 Juni 2014

Black For Health Benefits




1. prevent Cancer

According to a study of Michigan Cancer Center that black pepper can give a good reaction to cure breast cancer . In this black pepper contained a substance called piperine which functions to help prevent the development of breast cancer cells .

Black pepper also contains vitamin C , vitamin A , flavonoids , carotenoids and other antioxidants various petrified that can cope with free radicals in the body

2. Digestion Troubleshooting

Black pepper was able to overcome digestive problems such as bloating , constipation , diarrhea or nausea . The way is mix a little black pepper for seasoning , and in a short time will be able to overcome digestive problems

3. Lose Weight

Based on the study of black pepper contains phytonutrients that can destroy fat cells that exist in your body .

4. prevent Acne

To cope with acne can use black pepper in a way be used as a natural mask . As a scrub , black pepper can eliminate the remnants of dead skin cells , smooth the path of oxygen in the skin , and nourish the skin as well as being antibacterial to cause acne .

5. reduce dandruff

Black pepper acts as an antibacterial and anti- inflammatory can also help to kill the bacteria on the scalp . So do not be surprised if black pepper also prevents the growth of dandruff .

6. Cure colds and flu

Black pepper can relieve the nose and throat , as well as the body can be more relaxed . The trick is to add black pepper in a bowl of soup .